Wednesday, June 2, 2010

Malin Kundang

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantaiwilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seoranganak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangankeluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah dinegeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Makatinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu,sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidakjuga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikanposisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdastetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengansapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batudan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekasdilengannya dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa,Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencarinafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah dinegeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampunghalaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik denganajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudahmenjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakanmaksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksudMalin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundangakhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkanbekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermagadengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil danmenjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dankampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinangair mata.

Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauhdengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada dikapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anakbuah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tibakapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semuabarang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajaklaut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapaltersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntungdirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa ituterjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutupoleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hinggaakhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengansisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yangterdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundangditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnyamenceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdamparadalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalambekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya.Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebihdari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersuntingseorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yangtelah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu MalinKundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknyatelah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi kedermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelahbeberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengankapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnyayang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya,melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat adadua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalauyang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

MalinKundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukupdekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakinyakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "MalinKundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkankabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadikemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya danmendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan sajamengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundangpura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudahtua dan mengenakan baju compang-camping.

"Wanita itu ibumu?",Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yangpura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malinkepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena olehanaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknyamenjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malinmenengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar iaanakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lamakemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datangmenghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundangperlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadisebuah batu karang.

Pesan Moral : Sebagai seorang anak, janganpernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yangtelah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadiseorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosabesar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes